Jumat, 02 Juli 2010

TEORI - TEORI DALAM BELAJAR

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

Teori behavioristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respons. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respons dianggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons. Penguatan (reinforcement) adalah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respons. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respons akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respons juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behavioristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas "mimetic" yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian ke keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada basil, dan evaluasi menuntut sate jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan balk jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Di antara para pakar teori kognitif, paling tidak ada tiga yang terkenal yaitu Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equilibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan bukan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap ¬tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara itu Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan infonnasi yang sudah dipahami. Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunaka pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks. Perbedaan in¬dividual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstruktivistik yang mengakui dan menghargai dorongan diri manusia/siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktivitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal.
Karakteristik pembelajaran yang dilakukannya adalah:
1. Membebaskan siswa dari belenggu kunkulum yang berisi fakta ¬fakta lepas yang sudah ditetapkan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ide-idenya secara lebih luas.
2. Menempatkan siswa sebagai kekuatan timbulnya interes, untuk membuat hubungan di antara ide-ide atau gagasannya, kemudian memformulasikan kembali ide-ide tersebut, serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
3. Guru bersama-sama siswa mengkaji pesan-pesan penting bahwa dunia adalah kompleks, di mana terdapat bermacam-macam pandangan tentang kebenaran yang datangnya dari berbagai interpretasi.
4. Guru mengakui bahwa proses belajar serta penilaiannya merupakan suatu usaha yang kompleks, sukar dipahami, tidak teratur, dan tidak mudah dikelola.

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai.
Beberapa tokoh penganut aliran humanistik di antaranya adalah;
a. Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap dalam belajar, yaitu; pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
b. Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4 yaitu; aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
c. Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar yaitu; belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
d. Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar yaitu; kognitif, psikomotor, dan afektif.
e. Ausubel, walaupun termasuk juga ke dalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan konsepa belajar bermakna (Meaningful learn¬ing).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar.

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

Teori belajar sebernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan sistem informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi dari pesan tersebut. Oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini telah dikembangkan oleh para penganutnya, antara lain seperti pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berliner, Biehler dan Snowman, Baine, serta Tennyson. Bahwa proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusuran bergerak secara hirarkhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh.Konsepsi Landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristik menuntut siswa untuk berpikir devergen, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus. Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau wholist, dan tipe serial atau serialist. Mereka mengatakan bahwa siswa yang bertipe wholist cenderung mempelajari sesuatu dari yang paling umum menuju ke hal-hal yang lebih khusus, sedangkan siswa dengan tipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap atau linear.
Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran, dan 3) pengorganisasian/urutan pembelajaran.

TEORI BELAJAR REVOLUSI-SOSIO-KULTURAL

Timbul keprihatinan terhadap perubahan kehidupan masyarakat dewasa ini dengan maraknya berbagai problem sosial seperti ancaman disintegrasi yang disebabkan oleh fanatisme dan primordialisme, dan di lain pihak adanya tuntutan pluralisme. Perubahan struktur dan lunturnya nilai-nilai kekeluargaan, serta merebaknya kejahatan yang disebabkan oleh lemahnya social capital (modal sosial) mendorong mereka yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk mengkaji ulang paradigma pendidikan dan pembelajaran yang menjadi acuan selama ini. Tentu saja pendidikan bukan satu-satunya lembaga yang harus bertanggung jawab untuk mengatasi semua masalah tersebut. Namun pendidikan mempunyai kontribusi besar dalam upaya mengatasi berbagai persoalan sosial.
Aliran behavioristik yang banyak digunakan dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran selama ini kurang dapat menjawab masalah-masalah sosial. Pendekatan ini banyak dianut dalam praktik ¬praktik pendidikan dan pembelajaran mulai dari pendidikan tingkat yang paling dini hingga pendidikan tinggi, namun ternyata tidak mampu menjawab masalah-masalah dan tuntutan kehidupan global. Hasil pendidikan tidak mampu menumbuhkembangkan anak-anak untuk lebih menghargai perbedaan dalam konteks sosial budaya yang beragam. Mereka kurang mampu berprkir kreatif, kritis dan produktif, tidak mampu mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan berkolaborasi, serta pengelolaan diri.
Pendekatan kognitif dalam belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang ke dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kotraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideologi individualisme dan gaya belajar sokratik yang lazim dikaitkan dengan budaya Barat. Pendekatan ini kurang sesuai dengan tuntutan revolusi sosiokultural yang berkembang akhir-akhir ini. Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntutan sociocultural-revolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. Dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan sosial atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. Teori Vygotsky sebenamya lebih tepat disebut sebagai pendekatan ko-konstruktivisme. Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic law of development, zona of proximal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis . Dimensi kesadaran sosial bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder. Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. Guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan (helps cognitive scaffolding) yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih kompeten. Bentuk-bentuk pembelajaran kooperatif-kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. Sedangkan anak yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, sehingga tidak perlu menunggu anak yang berada dibawahnya. Dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang karakteristik siswa dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran.

TEORI KECERDASAN GANDA

Pemikiran tentang pendidikan ketrampilan sudah lama dikemukakan. Ketrampilan bukan hanya sekedar ketrampilan bekerja apalagi ketrampilan untuk ketrampilan itu sendiri. Ketrampilan dalam maknanya yang luas diartikan sebagai ketrampilan demi kehidupan dan penghidupan yang bennartabat dan sejahtera lahir dan batin. Ketrampilan hidup inilah yang dalam praktek kependidikan perlu dimaknai dan diteijemahkan secara lebih rinci dan operasional agar dapat dilaksanakan dalam praktek pembelajaran di kelas.
Upaya melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan ketrampilan sangatlah diperlukan, karena banyaknya lulusan sekolah umum yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, serta daya serap ekonomi yang terbatas juga memerlukan tenaga¬tenaga terampil dan bermutu. Ketrampilan-ketrampilan yang bersifat kejuruan, intelektual, sosial, dan managerial, serta ketrampilan¬-ketrampilan yang berhubungan dengan tuntutan pasar (skill market) yang bervariasi sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, perlu dilatihkan pada anak.
Kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner yang kemudian dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, kecerdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musikal/ritmik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan ketrampilan hidup. Semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya berbeda¬beda pada masing-masing orang dan pada masing-masing budaya, namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.
Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia tidak hanya sekedar komponen kognitif, namun suatu keseluruhan. Melalui teori kecerdasan ganda (multiple intelligences) ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan (inteligensi). Tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. Yang ada adalah ada manusia yang memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimilikinya. Mungkin seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan logika-matematika tetapi tidak untuk kecerdasan musik atau kecerdasan body-kinestetik.
Strategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. Strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan (1) membangunkan/memicu kecerdasan, (2) memperkuat kecerdasan, (3) mengajarkan dengan/untuk kecerdasan, dan (4) mentransfer kecerdasan. Sedangkan kegiatan-kegiatannya dapat dilakukan dengan cara menyediakan hari-hari karir, studi tour, biografi, pembelajaran terprogram, eksperimen, majalah dinding, papan display, membaca buku-buku untuk mengembangkan kecerdasan ganda, membuat tabel perkembangan kecerdasan ganda, atau human intelli¬gence hunt. Upaya memberdayakan siswa sendiri berupa self-monitoring dan konseling atau tutor sebaya akan sangat efektif untuk mengembangkan kecerdasan ganda. Upaya-upaya di atas jika dilakukan akan menjadikan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan sendiri secara tepat, mandiri tidak bergantung pada orang lain, bertanggungjawab, percaya diri, kreatif, mampu berkolaborasi, dan dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Kemampuan-kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era ekonomi informasi abad global.
Dari sudut pandang teori humanistik, dasar-dasar teori kecerdasan ganda memang sangat humanis. Psikologi humanistik selalu memberi tekanan pada positive regards, acceptance, awareness, self-worth yang kesemuanya itu bermuara pada aktualisasi diri yang optimal. Psikologi humanistik menekankan pada personal growth, sesuai dengan arah dari teori kecerdasan ganda. Persoalannya adalah bagaimana menciptakan kondisi kelas bagi tumbuh kembangnya kecerdasan ganda pada diri para siswa, mengingat banyak orang mempersepsi bahwa kelas yang baik adalah kelas yang diam, teratur, tertib, dan taat pada guru. Kelas yang ramai selalu diterima sebagai kelas yang negatif, tidak teratur, walaupun mungkin ramainya kelas tersebut disebabkan karena siswa berdebat, berdiskusi, bereksplorasi, atau kegiatan-kegiatan positif lainnya. Guru-guru yang ada pun seringkali lebih suka pada kelas yang tertib, teratur, siswa-siswanya patuh dan tidak kritis. Pendidikan dan pembelajaran yang mendasarkan pada kecerdasan ganda membuka kesempatan pada para siswanya untuk kritis dan mungkin tidak patuh karena siswa menemukan kebenaran-kebenaran lain dari kebenaran yang dipegang oleh gurunya.
Amstrong dalam bukunya "Multiple Intelligences In The Class-room" memberikan alternatif-alternatif cara untuk memantau perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa ketika mereka mempunyai waktu luang?, pembuatan catatan¬-catatan kecil yang praktis, cheklist tentang kecerdasan ganda, dokumen¬-dokumen, peringkat nilai, dan sebagainya. Masalahnya, sejauh mana para guru siap melakukannya? Bagaimana komitmen guru dan pengelola pendidikan lainnya dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia Indonesia melalui para siswa di sekolah? Semua jawaban terpulang pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan pembelajaran.


Semua teori ini diambil dari Mr. Zainal Arifin, dosen PBA Tarbiyah UIN SUKA Yogyakarta.
Hoover, peneliti dari Texas University of Austin yang juga CEO pada Southwest Educational Development Laboratory menyatakan : Constructivism's central idea is that human learning is constructed, that learners build new knowledge upon the foundation of previous learning. This view of learning sharply contrasts with one in which learning is the passive transmission of information from one individual to another, a view in which reception, not construction, is key[1]. Ada dua hal penting disini berkenaan dengan pengetahuan yang dikonstruksi oleh pebelajar. Pertama adalah pebelajar membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada ‘tabula rasa’ dimana pengetahuan ‘digoreskan’. Pebelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hadjar Dewantara dalam salah satu tulisannya mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai dengan “convergentie theorie”[2]. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur atau suram. Tugas pemelajar adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tulisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar bertambah suram atau bahkan “menghilang”. Ki Hadjar menentang teori Tabula rasa yang menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh pemelajar, atau teori aliran negatif yang menganggap anak lahir bagaikan kertas yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya.

Kedua adalah bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pebelajar akan memperbandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika terdapat perbedaan, maka pembelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru dipelajari dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimiliknya. Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pebelajar yang akan diakhiri dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu landasannya adalah teori Ketidak-sesuaian Kognitif dari Festinger (Cognitive Dissonance Theory)[3] . Teori ini dikemukakan oleh Festinger dalam bukunya yang berjudul A Theory of Cognitive Dissonance. Menurut teori Cognitive Dissonance ini, ada kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya (misalnya kepercayaan dan opini). Jika terdapat inkonsistensi atau terjadi ketidak-sesuaian antara sikap dengan prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk menghilangkan disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal ada perbedaan antara sikap dan prilaku, maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi prilaku.
Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak-sesuaian tersebut, yaitu:
1. Jumlah disonansi keyakinan
2. Kepentingan yang ada dalam masing-masing keyakinan
Untuk menghilangkan ketidak-sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1. Mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2. Menambah kesesuaian keyakinan melebihi disonansi keyakinan
3. Merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi
Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pilihan antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar terjadi jika kedua alternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Lebih jauh, perubahan sikap biasanya terjadi dalam arah yang memiliki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya adalah disonansi yang lebih kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori prilaku umum yang menganggap perubahan prilaku terbesar akan kearah peningkatan insentif (misalnya , penguatan atau reinforcement).

Maddux, Cleborne D., Johnson, D. LaMont (et.al) dalam tulisannya mengenai teori konstruktivis yang dimuat di web site http://viking.coe.uh.edu membagi paham konstruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham konstruktivis kognitif dan paham konstruktivis sosial (cognitive constructivism and social constructivism). Konstruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss, Piaget. Teori Piaget ini mengandung dua unsur pokok yaitu : umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.

Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, manusia tidak dapat ‘diberi’ informasi yang langsung dimengerti dan bisa digunakan. Manusia akan mengkonstruksikan pengetahuannya. Manusia akan membentuk pengetahuan berdasarkan pengalamannya. Pengalaman ini memungkinkan mereka membentuk skema – mental model dalam pikiran mereka. Skema ini berkembang, menjadi semakin luas dan semakin canggih melalui dua proses yang saling melengkapi yaitu asimilasi dan akomodasi[4]. Berdasarkan teori Piaget ini, ada dua hal yang penting berkenaan dengan proses pembelajaran yaitu :
1. Belajar adalah suatu proses aktif
2. Belajar haruslah menyeluruh, autentik, dan nyata.

Teori konstruktivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan sosial yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk struktur kognitiv anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi juga anak-anak yang lebih ‘dewasa’. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai ‘zone of proximal development’. Dalam konsep ini, seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa – yang tidak dapat dilakukannya sendiri.

Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas[5] :
1. Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif
2. ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran
3. Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam ‘dunia nyata’ mereka
4. Pengalaman anak diluar sekolah, harus dihubungkan dengan pengalaman mereka disekolah.


________________________________________
[1] Wesley A Hoover, The Practice Implications of Constructivism, www. Sedl.org, diakses Januari 2007.
[2] Ki Hadjar Dewantara, Dasar-dasar Pendidikan, dalam Karya Ki Hadjar Dewantara, p. 22-24, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Jogjakarta, 1977
[3] http://carbon.cudenver.edu diakses Maret 2006
[4] ttp://web.psych.ualberta.ca/~mike/Pearl_Street/Dictionary/contents/A/adaptation.html
[5] http://viking.coe.uh.edu/~ichen/ebook/et-it/social.htm

Selasa, 11 Mei 2010

Hukum Newton, Kekekalan Energi, Perubahan Materi

Perubahan Materi atau Zat - Secara Fisis / Fisika dan Kimia - Ilmu Kimia
Thu, 18/05/2006 - 10:58pm — godam64
Perubahan materi adalah perubahan sifat suatu zat atau materi menjadi zat yang lain baik yang menjadi zat baru maupun tidak. Perubahan materi terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Perubahan Materi Secara Fisika atau Fisis
Perubahan fisika adalah perubahan yang merubah suatu zat dalam hal bentuk, wujud atau ukuran, tetapi tidak merubah zat tersebut menjadi zat baru.
Contoh perubahan fisis :
a. perubahan wujud
- es balok yang mencair menjadi air
- air menguap menjadi uap
- kapur barus menyublim menjadi gas, dsb
b. perubahan bentuk
- gandum yang digiling menjadi tepung terigu
- benang diubah menjadi kain
- batang pohon dipotong-potong jadi kayu balok dan triplek, dll
c. perubahan rasa berdasarkan alat indera
- perubahan suhu
- perubahan rasa, dan lain sebagainya
2. Perubahan Materi Secara Kimia
Adalah perubahan dari suatu zat atau materi yang menyebabkan terbantuknya zat baru. Perubahan
Contoh perubahan kimia :
a. bensin biodiesel sebagai bahan bakar berubah dari cair menjadi asap knalpot.
b. proses fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang merubah air, sinar matahari, dan sebagainya menjadi makanan
c. membuat masakan yang mencampurkan bahan-bahan masakan sesuai resep menjadi masakan yang dapat dimakan.
d. bom meledak yang merubah benda padat menjadi pecahan dan ledakan

HUKUM NEWTON
Hukum I Newton berbunyi: “Benda yang dalam keadaan diam akan mempertahankan keadaannya untuk tetap diam dan benda yang sedang bergerak lurus beraturan akan cenderung mempertahankan keadaannya untuk bergerak lurus beraturan dalam arah yang sama selama tidak ada gaya yang bekerja padanya.
" Hukum II Newton berbunyi “Percepatan sebuah benda yang diberi gaya adalah sebanding dengan besar gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda.” Dalam bentuk rumus hukum II Newton dapat dituliskan: F=m.a.
Hukum III Newton berbunyi “Setiap ada gaya aksi, maka akan selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan.”

Gerak jatuh bebas atau GJB adalah salah satu bentuk gerak lurus dalam satu dimensi yang hanya dipengaruhi oleh adanya gaya gravitasi.

Gerak, Usaha, dan Gaya
Gaya merupakan komponen/scalar yang menyebabkan terjadinya usaha. Gaya juga merupakan komponen yang mempengaruhi gerak benda.

Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) berbunyi: "Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)".
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh sebuah benda karena gerakannya.
Energi potensial adalah suatu bentuk energi yang dimiliki oleh suatu partikel atau sistem akibat posisi atau konfigurasinya dalam ruang parameter.

Jumat, 23 April 2010

BARISAN DAN DERET (ARITMATIKA dan GEOMETRI)

BARISAN DAN DERET (ARITMATIKA dan GEOMETRI)
A. Barisan aritmatika

U1, U2, U3, .......Un-1, Un disebut barisan aritmatika, jika
U2 - U1 = U3 - U2 = .... = Un - Un-1 = konstanta

Selisih ini disebut juga beda (b) = b =Un - Un-1

Suku ke-n barisan aritmatika a, a+b, a+2b, ......... , a+(n-1)b
U1, U2, U3 ............., Un

Rumus Suku ke-n :

Un = a + (n-1)b = bn + (a-b) ® Fungsi linier dalam n

B. Deret aritmatika

a + (a+b) + (a+2b) + . . . . . . + (a + (n-1) b) disebut deret aritmatika.

a = suku awal
b = beda
n = banyak suku
Un = a + (n - 1) b adalah suku ke-n

Jumlah n suku

Sn = 1/2 n(a+Un)
= 1/2 n[2a+(n-1)b]
= 1/2bn² + (a - 1/2b)n ® Fungsi kuadrat (dalam n)

Keterangan:
1. Beda antara dua suku yang berurutan adalah tetap (b = Sn")
2. Barisan aritmatika akan naik jika b > 0
Barisan aritmatika akan turun jika b < 0
3. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1 atau Un = Sn' - 1/2 Sn"
4. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah

Ut = 1/2 (U1 + Un) = 1/2 (U2 + Un-1) dst.
5. Sn = 1/2 n(a+ Un) = nUt ® Ut = Sn / n
6. Jika 3 bilangan membentuk suatu barisan aritmatika, maka untuk memudahkan perhitungan, misal bilangan-bilangan itu adalah a - b , a , a + b

C. Barisan Geometri

U1, U2, U3, ......., Un-1, Un disebut barisan geometri, jika

U1/U2 = U3/U2 = .... = Un / Un-1 = konstanta

Konstanta ini disebut pembanding / rasio (r)

Rasio r = Un / Un-1

Suku ke-n barisan geometri

a, ar, ar² , .......arn-1
U1, U2, U3,......,Un

Suku ke n Un = arn-1 ® fungsi eksponen (dalam n)

D. Deret Geometri

a + ar² + ....... + arn-1 disebut deret geometri
a = suku awal
r = rasio
n = banyak suku

Jumlah n suku

Sn = a(rn-1)/r-1 , jika r>1
= a(1-rn)/1-r , jika r<1 ® Fungsi eksponen (dalam n)

Keterangan:
a. Rasio antara dua suku yang berurutan adalah tetap
b. Barisan geometri akan naik, jika untuk setiap n berlaku
Un > Un-1
c. Barisan geometri akan turun, jika untuk setiap n berlaku
Un < Un-1

Bergantian naik turun, jika r < 0
d. Berlaku hubungan Un = Sn - Sn-1
e. Jika banyaknya suku ganjil, maka suku tengah
_______ __________
Ut = Ö U1xUn = Ö U2 X Un-1 dst.
f. Jika tiga bilangan membentuk suatu barisan geometri, maka untuk memudahkan perhitungan, misalkan bilangan-bilangan itu adalah a/r, a, ar

Kamis, 22 April 2010

Aplikasi Hukum Newton

Aplikasi hukum newton dalam kehidupan sehari - hari apa aj sich?

Sekedar tambahan aja, dalam aplikasi teknik sipil, hukum newton menempati posisi teratas. Hampir semua formulasi diturunkan dari hukum newton, untuk kondisi statik dan dinamik, linear ataupun nonlinear. Membangun jembatan kereta, jalan layang, terowongan, bendungan, jembatan kabel bentang panjang, viaduct, menara transmisi, gedung bertingkat, konstruksi kabel, stabilitas lereng, daya dukung fondasi bangunan, analisis getaran lantai jembatan, perilaku bangunan tinggi dalam merespon gempa/angin, perencanaan kapasitas balok dan kolom beton, kapasitas leleh struktur baja de el el, semua itu rumus utamanya cuma satu, "jumlah gaya (momen gaya) harus sama dengan nol". Menurut gw tanpa ditemukannya hukum2 newton pun efek2 dr ketiga hjukum tersebut ttp ada. Manfaat ditemukannya ya supaya kita dapat mengetahui hukum2 gerak dan dapat berusaha menghindar dr kejadian buruk akibat sifat2 gaya dan gerak, misal kelembaman, dan untuk menghindari efeknya kita memakai sabuk sehingga dapat menahan tubuh kita yang tersentak ke depan akibat pengereman (Dasar: Hukum I dan Hukum II newton)
Lgsg aja deh:

Efek Hukum Newton 1:
# Benda diam yang kamu taruh di meja ga akan jatuh kecuali ada gaya luar yg bekerja pd benda itu
# Waktu mobil direm, kamu akan tersentak ke depan. Wajktu mobil mau dijalankan, kamu akan tersentak ke belakang. MAKANYA pakai sabuk hehe klau mau selamat.
# Kamu salah masang taplak padahal makanan sudah di taruh di atasnya. Tenang, ketika kamu tarik taplak tersebut lurus dan cepat, makanan tidak akan bergeser!

Efek Hukum II Newton:
# Km memakai sabuk sehingga ketika km tersentak ke depan, ada gaya penahan dr sabuk melakukan perlambatan pada gerak kita ke depan dan tubuh kita tertahan.
# Berat kamu ( W= M x g )
# Energi dan usaha
# benda yang massanya kecil diberi gaya yang sama dengan benda yang massanya besar mengalami percepatan yang lebih besar dibandingkan benda yang massanya besar.

Hukum III newton:
# Km memukul tanganmu ke tembok dan tangamu sakit.
# Mobil bertyubrukkan mengalami gaya aksi dan reaksi yang sama, namun opercepatan yang berbeda tergantung massanya
# Kita dapat berjalan karena ada gaya aksi reaksi!!!
# Ketapel
# psenapan dan peluru
# saat kita menekan papan tulis (aksi) maka papan tulis memberikan reaksi , bila aksi lebih besar dari pada reaksi maka papan tulis akan rusak dan sebaliknya

Senin, 19 April 2010

Teknik Passing Sepak Bola

TEKNIK PASSING KAKI BAGIAN DALAM PADA SEPAK BOLA

Sepak Bola adalah suatu permainan yang sangat di gemari oleh masyarakat di dunia. Bukan hanya kaum pria tapi kaum wanita juga suka dengan permainan sepak bola ini. Sepak bola memiliki teknik-teknik tersendiri dalam permainannya, seperti passing, shooting, dribbling dan lainnya. Dalam media pembelajaran kali ini akan di jelaskan tentang teknik passing. Dalam media ini akan di jelaskan bagaimana teknik passing menggunakan kaki bagian dalam dengan baik dan benar.

Berikut ini cara passing menggunakan kaki bagian dalam dengan baik dan benar:


1. Pada saat akan memasing posisikan kaki

sejajar dengan bola, salah satu kaki tumpu sejajar

dengan bola dan kaki yang untuk menendang

berada di belakang bola.


2. Ayunkan kaki yang akan menendang kebelakang

kemudian kenakan kaki menggunakan

bagian dalam pada saat perkenaan dengan bola.


3. Pada saat perkenaan dengan bola kaki diberi tekanan

agar bola itu dapat meluncur dengan

keras dan terarah.


Diatas merupakan cara passing menggunakan kaki bagian dalam dengan baik, dalam melakukan passing harus urut sesuai tata cara diatas.

Selasa, 23 Maret 2010

Tasyawuf

TUGAS

STUDI TASAWUF
"HUBUNGAN ANTARA TASAWUF DAN PSIKOLOGI"


Dosen :
Aris Yuana Lc





Disusun oleh:
Asip rofiqi (08140053)



JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MALANG
2008

BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai suatu kenyataan manusia ada, karena itu ada eksistensi manusiawi. Konsepsi manusia dalam filsafat merupakan suatu problem yang rumit yang terdapat bermacam macam teori tentang manusia. Oleh karena itulah pembinaan manusia seutuhnya tidak bisa mengenyampingkan factor agama, sebab bagaimanapun agama merupakan bangunan bawah dari moral suatu bangsa. Agama adalah sumber dari sumber nilai dan norma yang memberikan petunjuk, mengilhami dan mengikat masyarakat yang bermoral yang akan menjadi solidaritas dan karena agamalah satu satunya yang memilki dimensi kedalaman kehidupan manusia.
Sebelum kita mencari dan menghubungkan antara tasawuf dengan psikologi, terlebih dahulu kita harus mengerti atau memberikan pengertian dari keduanya. Apa itu tasawuf dan bidang kajiannya? Juga, apa itu psikologi dan kajiannya? Agar kita tidak terjebak dalam pengintergrasian diantara keduanya.
Tasawuf adalah disiplin ilmu yang tumbuh dari pengalaman spiritualitas yang mengacu pada moralitas yang bersumber dari nilai islam, dengan pengertian bahwa pada prinsipnya tasawuf bermakna moral dan semangat islam, karena seluruh agama islam dari berbagai aspeknya adalah prinsip moral. Tasawuf membina manusia agar mempunyai mental utuh dan tangguh, sebab didalam ajarannya yang menjadi sasaran utamanya adalah manusia dengan segala tingkah lakunya. Tasawuf mengajarkan bagaimana rekayasa agar manusia dapat menjadi insan yang berbudi luhur, baik sebagai makhluk sosial maupun sebagai hamba dalam hubungannya dengan Khaliq pencipta alam semesta.

Sedangkan psikologi adalah disiplin ilmu yang mempelajari perilaku manusia secara umum dapat dilihat dari segi mental, baik yang bersifat perasaan ataupun bukan, dengan tujuan untuk mencapai kaidah kaidah yang dapat dipakai guna memahami berbagai motif perilaku, mengenali dan memastikan (gejala-gejala kejiwaan yang tampak dalam perilaku).
Dalam percakapan sehari hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsure kejiwaan dalam diri manusia. Dan hal ini cukup beralasan mengingat substansi pembahasannya, yaitu berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsure kejiwaan. Mengingat adanya hubungan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas tasawuf dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak terlepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri. Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan jiwa dan badan dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antara keduanya. Pembahasan ini dikonsepsikan oleh para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktekkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi. Dimana semua yang dimunculkan melalui jiwanya tersebut baik sikap dan kepribadian seseorang tidak terlepas dari keudua unsure ini yakni tasawuf dan psikologi.
Dan makalah ini mencoba menguraikan tentang hubungan tasawuf dengan psikologi dan sebaliknya yaitu dengan melihat dari sudut pandang psikologi dan sudut pandang tasawuf, bagaimana keduanya saling menginterpretasi satu sama lain sehingga dari kedua unsure tersebut dapat ditemukan keterikatan dalam "hubungan tasawuf dengan psikologi".

BAB 11
PEMBAHASAN

AGAMA DAN TASAWUF DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI
Jung berpendapat bahwa agama adalah kondisi mental khusus yang bias dikondisikan. Pandangan jung ini berdasarkan kepada penggunaan kata asli "agama" (religion) yang biasa dipakai untuk menunjukkan makna "pandangan baru" atau "titik persepsi" yang "terbentuk" karena berbagai factor. Artinya, agama adalah suatu istilah yang mungkin sekali "terbentuk" dalam diri manusia karena beberapa factor. Hal ini terjadi karena manusia menemukan keadaan mental tersebut bersifat kuat dan kukuh, sehingga mencapai suatu derajad kemungkinan besar menjadi lokus perhatiaannya.
Sedangkan William James, menganggap agama sebagai suatu bagian dari kehidupan yang nyata. James mengakui realitas ego dan menyatakan iman bagian dari realitas ego. Ego merupakan pusat setiap pengalaman keagamaan. Dan aktivitas keimanan adalah media pengikat antara ego dengan nilai agama. James mambantah persepsi para pakar sains modern yang berusaha memupus kepribadian dalam diri manusia dan menghakimi keagamaannya serta memandang bahwa keagamaan seseorang adalah kumpulan dari perasaan ketertekanan dan kebodohan, sehingga keagamaan itu tak lain adalah ilusi yang tidak lepas dari khurafatdan mitos. Padahal sebenarnya pengalaman keagamaan adalah bagian dari realita kehidupan. Dalam pengalaman tersebut terdapat pegaulan dan penyelamatan : kegaulan dari alam kebumian dan penyelamatan ambisi Ego dibawa kealam yang lebih luhur.
Sesungguhnya jika yang mendorong mereka melakukan sesuatu itu adalah "sesuatu yang bersifat internal"yang terdapat dalam jiwa mereka, yaitu kecenderungan kepada tuhan dan ia pun adalah wujud dari kecintaan kepada Tuhan.
Tak pelak lagi bahwa jiwa manusia itu sebenarnya rindu kepada Pencipta dan Pembuatnya. Dalam kebeningan dan ketulusannya, setiap jiwa mengakui keberadaan Tuhan sekalipun disaat dia sedang gencar menentangNya, "Dan kepada Tuhanmulah kesudaha segala sesuatu," (QS An-Najm [53]: 42).
Dari hal itu, kita melihat adanya naluri keagamaan bersifat naluriah, dan naluri inilah yang mendorong manusia untuk mengendalikan dirinya dan merupakan pendorong untuk mengenali sang Penciptanya. Fitrah inilah yang mendorong manusia mencintai Allah Swt. dan merindukan-Nya.
Beberapa peneliti menyebutkan bahwa berbagai naluri yang merespon terhadap agama memiliki cabang yang sangat banyak. Cabang yang paling menonjol adalah cabang dari kecenderungan umum dalam pengukuhan diri dan kecenderungan subjektif dengan dimensinya yang negative. Yang pertama adalah naluri kebahayaan yang selalu dibarengi rasa takut. Kecintaan keagamaan tak lain kecuali kecintaan alami yang mengarah dari diri manusia kepada objek tertentu. Adapun ketakutan keagamaan tiada lain kecuali ketakutan biasa, yaitu pergolakan yang sering terjadi pada diri manusia, yang acapkali dibangkitkan pikiran akan sanksi Tuhan, dan kecemasan keagamaan tiada lain adalah bergetarnya anggota badan yang dirasakan ditengah sebuah hutan kegelapan malam, atau dalam lembah gunung, dan ketika itu yang menguasai kita adalah pikiran tentang hubungan yang berada diluar kebiasaan. Hal ini bias dikaitkan dengan bermacam macam emosi yang berperan dalam kehidupan para tokoh agama.
Karl Marx berpandangan bahwa menghapus agama akan memberikan kebahagiaan yang fantastis bagi agama yang akan membawa mereka pada kebahagian yang hakiki. Sebenarnya pandangan Karl Marx yang menyatakan bahwa agama adalah candu bagi masyarakat dikarenakan ia melihat bahwa agama mengiming imingi orang orang yang beragama dan fakir dengan surga khayalan.
Pendapat lain mengatakan bahwa agama bukan candu bagi masyarakat. Islam mengajak untuk berkarya dan berusaha mencari rizki dan mencari kehidupan dunia. Islam menganjurkan kepada umatnya utuk memperhatikan urusan orang-orang isalam dan menolak berbagai tindakan zalim. Selain itu, islam juga mengagungkan kebebasan individu dan kebebasan berkelompok. Dan tasawuf adalah kekuatan psikis dan potensi yang hanya termiliki secara sempurna oleh orang orang tangguh. Kekuatan tersebut tidak akan mampu dihadapi kecuali oleh orang orang hebat yang dapat menguasai nafsunya. Jika engkau mampu menguasai jiwamu, engkau akan mampu menguasai kekuatan, jiwa dan seluruh kehidupanmu. Juga engkau akan mampu membawa terbang jiwamu menuju kebenaran, kebaikan dan keadilan.


INTERPRETASI PSIKOLOGI TERHADAP TASAWUF
Sebagian ilmuwan menafsirkan bahwa sumber kecenderungan pada tasawuf adalah "revolusi batin" seseorang terhadap kezaliman yang menimpa manusia yang tidak hanya terbatas pada kezaliman dari orang lain, tapi pertama-tama pada kezaliman dirinya sendiri. Revolusi batin semacam ini dibarengi oleh keinginan kuat untuk menemukan ketersingkapan pada Allah Swt. dengan sarana apa saja yang dapat dipakai oleh orang yang bersangkutan dalam membeningkan hati dari setiap hal yang menyibukkan dirinya.
Beberapa peneliti menafsirkan kecenderungan pada tasawuf adalah dikarenakan seseorang yang takwa dan wara tidak respek pada alam, kebesaran, dan keindahan. Ia merasa dirinya terasing dan terpasung di muka bumi. Dunia dianggap sebagai penjara dan kuburan. Oleh karena itulah jiwa yang terpenjara tersebut berusaha membebaskan diri dan menemukan kemerdekaan supaya dapat masuk ke ufuk langit ketuhanan yang luhur sebagai tempat kehadirannya. Yaitu dengan cara membebaskan jiwa dari pasungan alam luar dan berusaha memberontak untuk masuk kedalam relung jiwa yang terdalam.
Orang yang beragama meyakini adanya alam yang tak kasat mata. Penyebab keyakinannya adalah bahwa ia mengetahui alam tersebut melalui alam rasanya yang misterius. Intuisi inilah yang menumbuhkan keyakinan keagamaan bukan hati. Adalah sangat berguna menggabungkan alam metafisis dengan jiwa manusia. Hal ini terjadi karena tiga aspek yang mencakup metafisika, kosmologi, psikologi rohani. Seperti yang dikatakan Dr. Ja'far, dalam pandangan sufistik meliputi prinsip dasar yaitu, Allah Swt., alam, dan jiwa.
Dan dalam perjalanan sufistiknya tersebut, seorang sufi memiliki pengalaman spiritual sendiri sendiri dan tidak sama antara satu sufi dengan sufi yang lain. William James menjelaskan berbagai karakteristik sufistik mengenai perasaan. Yaitu:
a. Keadaan sufistik yang tidak dapat digamarkan dan diungkapkan secara verbal
b. Keadaan sufistik sebagai keadaan pemersepsian
c. Keadaan sufistik sangat cepat sirna
d. Keadaan sufistik sebagai keadaan pasif
Dr. At-Taftazaniberusaha mengelompokkan keadaan intuisi (al halat al-wijdaniyyah). Ia menyebutkan hubungan logis diantara jenis jenis keadaan intuisi tersebut seraya menyesuaikan tasawuf dengan kaidah kaidah psikologi umum yang dapat menyatukan para sufi yang berlainan tempat. Barangkali keadaan intuisi yang pertama kali dirasakan sufi adalah kesiapan sufistik. Kesiapan psikologi sufistik terkadang timbul dari sugesti eksternal maupun autosugesti. Secara umum benturan jiwa adalah factor terpenting dalam memunculkan kesiapan psikologis sufistik ini. Dengan demikian, fase kesiapan psikologi sufistik adalah keadaan intuisi yang bersifat gabungan yang dimulai dengan sejenis kegelisahan psikologis dan berakhir dengan sejenis kesatabilan psikologis pula.

HUBUNGAN TASAWUF DENGAN PSIKOLOGI
Sebagai salah satu disiplin ilmu, tasawuf merupakan bidang yang oleh sementara kalangan dianggap sebagai disiplin yang ada pada wilayah yang berbeda dengan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam percakapan sehari hari, banyak yang mengaitkan tasawuf dengan unsure kejiwaan dalam diri manusia. Dan hal ini cukup beralasan mengingat substansi pembahasannya, yaitu berkisar pada jiwa manusia. Dari sinilah tasawuf kelihatan identik dengan unsure kejiwaan. Mengingat adanya hubungan relevansi yang sangat erat antara spiritualitas tasawuf dan ilmu jiwa, terutama ilmu kesehatan mental, kajian tasawuf tidak terlepas dari kajian tentang kejiwaan manusia itu sendiri. Dalam pembahasan tasawuf dibicarakan tentang hubungan jiwa dengan badan. Tujuan yang dikehendaki dari uraian tentang hubungan jiwa dan badan dalam tasawuf adalah terciptanya keserasian antara keduanya. Pembahasan ini dikonsepsikan oleh para sufi dalam rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktekkan manusia dengan dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu terjadi. Dari sini baru muncul perbuatan perbuatan manusia, baik atau buruk, yang disebut dengan akhlak.
Dalam pandangan kaum sufi, akhlak dan sifat seseorang bergantung pada jenis jiwa yang berkuasa atas dirinya. Kalau para sufi menekankan unsure kejiwaan dalam konsepsi tentang manusia, berarti bahwa khakikat, zat, dan inti kehidupan manusia terletak pada unsure spiritual atau kejiwaan. Ditekankannya unsure jiwa dalam konsepsi tasawuf bukan berarti para sufi mengabaikan unsure jasmani manusia karena jasmani yang sehat merupakan jalan ada kehidupan rohani baik. Pandangan sufi mengenai jiwa berhubungan erat denggan ilmu kesehatan mental, yang merupakan bagian dari ilmu psikologi.
Adapun akhli akhli dibidang perawatan jiwa, memusatkan perhatiannya pada masalah mental sehingga mampu melakukan penelitian ilmiah yang menghubungkan antara kelakuan dengan kesehatan mental. Yaitu orang yang sehat mentalnya mampu merasakan kebahagiaan dalam hidupnya dan sedangkan orang yang tidak sehat mentalnya baik ringan maupun berat, dari orang yang terganggu ketentraman hatinya sampai orang yang sakit jiwa. Hal ini dapat dilihat dari gejala gejala umum yaitu perasaan, pikiran, kelakuan, kesehatan yang tidak serasi atau kurang harmonis dalam diri manusia .
Dimana keadaan tersebut akan membuat seseorang frustasi, stress bahkan sakit jiwa (gila). Hal ini sesungguhnya akan timbul pada diri manusia yang tidak tenang hatinya, yakni hati yang jauh dari Tuhannya. Ketidak tenagan ini akan memunculkan penyakit mental yang kemudian akan menjadai perilaku yang tidak baik atau menyeleweng dari norma umum yang disepakati. Dan harus diakui jiwa manusia sering kali sakit. Ia tidak akan sehat sempurna tanpa melakukan perjalanan enuju Allah dengan benar. Bagi orang yang dekat dengan tuhannya, kepribadiannya akan tampak tenang dan perilakunya terpuji yang semuanya ini bergantung pada kedekatan manusia dengan tuhannya. Dan pola kedekatan manusia dengan tuhannya inilah yang menjadi garapan dalam tasawuf. Dari sisnilah nampak keterkaitan erat antara tasawuf dengan ilmu jiwa yaitu ilmu kesehatan mental.
Keterkaitan antara tasawuf dengan psikologi ini dibahas dalam psikologi transpersonal yaitu sebuah aliran baru dalam psikologi yang merupakan pengembangan dari psikologi humanistic yaitu yang menolak teori dan metode sebelumnya yaitu psikoanalitik dan behavoristik. Aliran ini berusaha mengembangkan potensi manusia, hanya saja aliran ini menjangkau hal yang bersifat adikodrati dan spiritual.
Dari kedua ilmu tersebut yaitu tasawuf dan psikologi ditemukan beberapa persamaan dan perbedaan dari kedunya, yaitu :
a. Persamaan konsepsi tentang potensi dasar manusia
Dikalangan para ilmuwan muslim terutama para ahli tasawuf hamper terjadi kesepakatan bahwa seluruh umat manusia adalah dilahirkan dalam keadaan suci atau fitrah. Yang dimaksud fitrah disni adalah bahwa manusia ketika dilahirkan adalah dalam kondisi yang tidak memili dosa sama sekali, bahkan manusia memiliki potensi dasar, yakni ketaatan kepada Allah. Konsepsi islam mengenai potensi dasar manusia berupa pengakuan akan adanya Allah sebagai Tuhan, atau kecenderungan kepada kebenaran "dan ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan dari putra putra adam dari sulbi merek, dan membuat persaksian atas diri mereka sendiri, bukankah aku ini tuhanmu?" mereka menjawab, "benar, kami bersaksi".
Konsepsi tentang fitrah diatas, memiliki kesamaan dengan pandangan Maslow dan juga para ahli psikolog humanistic lain, yang menekankan potensi dasar manusia. Menurutnya, manusia adalah spesies yang memiliki kemampuan atau potensi dasar yang sangat besar. Namun pada umumnya manusia hanya menggunakan sebagian kecil kemampuannya. Kebanyakan manusia justru lebih didominasi oleh rangsangan dari luar dirinya yang dapat mengarahkan pada pilihan mundur, atau kejahatan. Konsepsi semacam ini adalah salah satu factor penting dari teori maslow tentang motivasi manusia secara komperhensip.
Menurut maslow, hampir semua orang memiliki kebutuhan dan kecenderungan untuk mengaktualisasikan dirinya. Meski demikian banyak orang yangtidak mengetahui potensi yang dimilikinya, mereka tidak menyadari seberapa besar prestasi yang dapat meraka raih dan berapa banyak ganjaran bagi mereka yang mengaktualisasikan dirinya.
b. Persamaan konsepsi perkembangan jiwa manusia
Manusia adalah makhluk yang memiliki potensi dan mepunyai peluang untuk mengaktualisasikan potensi dasar tersebut. Dengan kehendak bebasnya manusia diberi kebebasan untuk memilih maju atau mundur, dimna pilihan ini lah yang dapat merubah kondisi psikologis manusia." Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri" (QS. Ar-Ra'd, 13/53). Dari ayat tersebut jelas sekali bahwa perkembangan dan pertumbuhan manusia sangat ditentukan oleh pilihannya sendiri. Jika ia konsisten dengan fitrahnya maka ia akan berkembang secara wajar.
Dalam prespektif psikologi humanistic maslow, pertumbuhan yang wajar dan sehat adalah dipengaruhi oleh motif perkembangan, sementara pertumbuhan yang mengarah pada kemunduran dipengaruhi oleh motif kekurangan (defisiensi need). Motif kekurangan atau kebutuhan dasar ini, serupa dengan konsepsi nafs al ammarah dalam tradisi tasawuf.. dimana jika seseorang didominasi oleh nafsu rendah maka ia akan cenderung pada kebutuhan atau keinginan rendah, jika dorongan tingkat rendah ini tidak dapat dipenuhi maka akan menimbulkan penyakit mental dan menjauhkan diri dari proses aktualisasi diri (fitrah).

Perbedaaan
a. Potensi dasar manusia
Perbedaan dasar tentang konsep antara tasawuf dan maslow ada pada pemahaman bahwa dalam pandangan tasawuf, manusia memilki potensi dasar pengabdian pada tuhan sehingga segala kecenderungan yang mengarah pada kebaikan dan kebenaran adalah wujud nyata dari ketaatan kepada tuhan. Sementara psikologi maslow hanya menyebutkan sebagai potensi murni manusia, sehingg orang yang tidak beragama pun dapt meraih being values dan metamotivation. Kecenderungan individu baik yang mengarahpada perkembangan maupun kemunduran bagi maslow bersifat alamiah dan spontan, sementara tasawuf melihatnya sbgai wujud kasih saying tuhan terhadap hambanya. Dalam pandangan tasawuf segala yang terjadi pada manusia, disamping karena kehendak bebas manusia tapi juga Karena takdir Allah. Sedang menurut maslow menempatkan manusia sebagai penentu perkembangan dan pertumbuhan pribadinya.
b. Perkembangan jiwa manusia
Perbedaan dari kedua teori, yaitu teori tasawuf dan maslow hanya terletak pada kedudukan dan fungsinya. Ahwal dan maqomat dalam tradisi sufi pada dasarnya adalah merupakan prosess yang harus dilalui oleh seorang sufi menuju kesempurnaan diri dan teori maslow memandang aktualisasi diri dan pengalaman puncak sebagai tujuan. Dari sisi epistemologis, ahwal dan maqomat oleh sufi didasarkan pada pengalaman pribadi , selanjutnya para ahli tasawuf merumuskan konsep tasawufnya berdasarkan pengalaman pribadi dan pengalaman keaamaan orang lain. Sedangkan maslow dalam merumuskan konsepnya mendasarkan teorinya pada pengamatan empiris dan data lapangan, dan menggunakan teori psikologi sebelumnya.
Dari persamaan dan perbedaaan antara kedua unsure tersebut yaitu tasawuf dan psikologi, maka dapat kita temukan dimana letak titik hubungan dari kedua unsure tersebut. Dimana perasaan dan kondisi psikologis seorang sufi yang berbeda dalam setiap maqmnya dan kondisi psikologis ini dipelajari dalam kajian ilmu psikolgi. Dan kedua ilmu ini sama sama memilki tujuan akhir, yakni sufi menginginkan ketauhidan murni sedangkan psikolgis pengaktualisasikan diri. Namun tujuan akhir dari kedua unsure ini yaitu sama-sama mencari kebahagiaan.
Salah satu bahasan sebagai media yang dapat diangkat dari sekian hal yang dapat dipertemukan antara psikologi dan tasawuf adalah makna bahagia. Ada dua sudut pandang mengenai hidup bahagia yakni sudut pandang agama dan sudut pandang psikologi.
Sudut pandang agama, khususnya Tasawuf Islam, pada dasarnya menyatakan bahwa kebahagiaan hakiki diperoleh bila kita senantiasa dekat dan mendekatkan diri kepada Maha Pemilik dan Maha Sumber segala Kebahagiaan yaitu Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yaitu dengan cara mengikuti, menaati dan menerapkan sebaik-baiknya tuntunan agama dalam kehidupan sehari-hari, karena agama banyak memberi petunjuk mengenai asas-asas dan cara-cara meraih keselamatan dan kebahagian di dunia dan di ahirat. Dan agama pun mengajarkan bahwa manusia mampu meraih kebahagiaan, asalkan ia berusaha mengubah keadaan diri mereka menjadi lebih baik. Dalam pandangan agama Islam, manusia mengubah nasibnya sendiri jika ia berusaha mengubah nasibnya tersebut ("Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri " (Q.S. al-Ra'ad/13: 11) .
Disisi lain tinjauan psikologi menunjukkan bahwa kebahagiaan (happiness) merupakan hasil sampingan (by product) atau ganjaran (reward) atas keberhasilan meraih hal-hal yang penting dan bermakna bagi seseorang, dimana hal ini bersifat pribadi dan unik, artinya setiap orang memiliki dambaan khusus yang berlainan satu sama lain, seperti kekeluargaan, persahabatan, pendidikan, pekerjaan, tugas sosial, prestasi atau prestise, harta dan kekayaan, kesehatan dan kebugaran, ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai luhur dan hal-hal yang bersifat rohaniah.


BAB 111
PENUTUP

Dari kedua disiplin ilmu ini, tasawuf dan psikologi terdapat kesamaan dan perbedaan pada teori tentang potensi dasar manusia dan perkembangan jiwa manusia. Dalam uraian dalam bab 2 diatas dipaparkan bahwa sesungguhnya kedua bidang ilmu ini memiliki keterikatan atau ada hubungan yaitu keterikatan antara tasawuf dengan psikologi. Hal ini ditunjukkan bahwa aspek pembahasan dari keduanya adalah tentang jiwa yaitu sufi dalam perkembangannya menuju derajad yang lebih tinggi yaitu spiritualitas tidak terlepas dari perkembangan jiwa sufi (manusia) itu sendiri, dimana pembahasan tentang jiwa dan kondisi psikologis itu dipelajari dan dikaji dalam ilmu psikologi.
Dari kedua disiplin ilmu ini, tasawuf dan psikologi terdapat kesamaan dan perbedaan pada teori tentang potensi dasar manusia dan perkembangan jiwa manusia. Hal ini ditunjukkan oleh pandangan beberapa tokoh psikologi barat yang membahas tentang agama dan keimnanan seseorang dalam kehidupannya karena agama adalah realita dalam hidup manusia.
Kedua bidang ilmu ini saling menginterpretasi antara satu dengan yang lain sehingga dapat ditemukan keterikatan antara kedua bidang ilmu tersebut. Tapi terlepas dari itu semua, kedua bidang ilmu ini selain memiliki kesamaan namun juga terdapat perbedaan dalam konsepsinya tentang manusia baik itu potensi dasar yang dimiliki manusia juga dalam perkembangan jiwanya. Kesamaan tersebut adalah potensi dasar yang dimiliki manusia memiliki kecenderungan kebaikan dan keburukan yang nantinya dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang dating dari luar dalam perkembangan kehidupannya, dan dalam konsep psikologi (Maslow) manusia lah yang menentukan pilihan baik buruk itu sedangkan dalam tasawuf, selain manusia itu sendiri namun jug tidak terlepas dari takdir illahi.
Dari beberapa karakter para ahli tasawuf tentang maqomat dan ahwal, serta karakter self actualization, metamotivation dan peak-experience yang dikemukakan oleh maslow terdapat kesamaan-kesamaan, misalnya kesederhanaan, kesabaran, menerima kodarat apa adanya, kerelaan ,kreativ, suka cita, kesatuan, ketahanan terhadap budaya, efisien, terpusat pada persoalan , kemandirian, kesegaran paresiasi, kesadaran social, demokratis dll. Dimana karakter karakter tersebut ditemukan baik dalam maqomat, ahwal, self actualization, peak-experience, dan metamotivation. Lebih dari itu, baik tasawuf maupu maslow memandang keseluruhan karakter diatas adalah berpijak pada pengalaman yang bersifat pribadi.
Perbedaan yang sangat mendasar antara keduanya adalah pada tujuan akhir. Tujuan akhir dari pengalam sufi adalah ketauhidan yang murni, sedangkan maslow menjadikan aktualisasi diri sebagai tujuannya. Dalam pandangan tasawuf maqomat dan ahwal merupakan proses yang harus dilalui seseorang untuk mencapai kesempurnaan, sementara aktualisasi diri (maslow) adalah proses sekaligus tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA

An-Najr, Amir. Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern. Bandung : PT. Mizan Publika, 2004, Cet.1
An-Najr, Amin. Mengobati Gangguan Jiwa. Bandung : PT. Mizan Publika, 2004, Cet.1
Muhammad Hasyim. Dialog Antara Tasawuf Dan Psikologi . Yogyakarta. Pustaka Pelajar Ofset. 2002
Nata, Abuddin. Akhlak tasawuf. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.1996
Siregar,Rifay. Tasawuf Dari Sufisme Klasik Ke Neo Sufisme. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.2002. cet. 2
Rasihi Anwar, Mukhtar Solihin. Ilmu tasawuf. Jakarta: CV Pustaka Setia, 2004.

Kamis, 18 Maret 2010

Umar Bin Khattab

Latar belakang
Nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dilahir di Mekkah, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Mahzumi Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil.
Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal, karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah.
Sebelum memeluk Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".
Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabuk-mabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas.
Memeluk Islam
Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya.
Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya.
Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga.
Kehidupan di Madinah
Umar adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW
Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad.
Kematian Muhammad SAW
Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.
Persiapan pemakamannya dihambat oleh Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal)
Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan.
"Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati."
Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an :
"Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144)
Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan.
Masa kekhalifahan Abu Bakar
Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya.
Menjadi khalifah
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad.
Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk shalat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk shalat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia shalat.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam.
Umar dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sebagaimana saat para pemeluk Islam masih miskin dan dianiaya.
Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Kematian
Umar bin Khattab dibunuh oleh Abu Lukluk (Fairuz), seorang budak pada saat ia akan memimpin shalat Subuh. Fairuz adalah salah seorang warga Persia yang masuk Islam setelah Persia ditaklukkan Umar. Pembunuhan ini konon dilatarbelakangi dendam pribadi Abu Lukluk (Fairuz) terhadap Umar. Fairuz merasa sakit hati atas kekalahan Persia, yang saat itu merupakan negara digdaya, oleh Umar. Peristiwa ini terjadi pada hari Rabu, 25 Dzulhijjah 23 H/644 M. Setelah kematiannya jabatan khalifah dipegang oleh Usman bin Affan.
Referensi
• Hayatu Muhammad, Muhammad Husain Haikal [1]
• Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, KH Munawar Chalil
• Donner, Fred, The Early Islamic Conquests, Princeton University Press, 1981
• Guillaume, A., The Life of Muhammad, Oxford University Press, 1955
• Madelung, Wilferd, The Succession to Muhammad, Cambridge University Press, 1997
• "G.LeviDellaVida and M.Bonner "Umar" in Encyclopedia of Islam CD-ROM Edition v. 1.0, Koninklijke Brill NV, Leiden, The Netherlands 1999"
• Previte-Orton, C. W (1971). The Shorter Cambridge Medieval History. Cambridge: Cambridge University Press.

Jumat, 08 Januari 2010

Penjualan Computer

- P4 1,8 Ghz Rp 1.050.000
- P4 2,0 Ghz Rp 1.100.000
- P4 2,4 Ghz Rp 1.200.000

semua itu dalam hitungan per Unit
(Ram 256, VGA 32Mb, Hdd 30Gb, CDRoom, Keyboart, mouse, stavolt, monitor 17" 2Nd)

Aksesoris
service
Dll

Bisa Nego

Jl. Sunan Kalijaga dalam Kav/B No.06 Malang

Tlp. (0341) 570568 / 7743111
HP. 087859049105 / 081917704718